cerpen pengalaman diri sendiri
Perfect Princess. Judge mind itu langsung aku voniskan pada Gadis cantik berjilbab biru yang nge kos di depan warnet tempat kerjaku. Wajahnya begitu teduh dan cantik. Sikapnya yang santun, tutur bahasanya yang lembut. Pokoknya moralnya sesuai dasa darma pramuka, Garis-garis besar haluan Negara dan berlandaskan Pancasila serta Undang-undang dasar empat lima, tiada cela. Parfait, sempurna kalau kata orang Perancis sana. Senyumnya yang menawan selalu membuat hatiku kebat-kebit ketika tanpa sengaja bertatap muka denganya. Duch…Tipe gadis yang pantas di bawa ke rumah dan di kenalin sama bapak ibuku yang begitu menjunjung tinggi norma-norma agama. Sering aku berkata dalam hati “Ini loh mak.. menantu idamanmu” lalu aku senyam-senyum sendiri. Gila kali hehehe..Aku tidak bisa berhenti memikirkan dia. Dia itu tipe Gue banget. Seluruh resolusi cintaku adalah dia, my Perfect Princess.
“Gue juga mau mas yang tipe kayak dia. Limited edition, langka. Udah cantik, baik, pinter, soleha byuh.. byuh… kurang apa coba”
Celetuk temanku saat melihat dia.
“Limited edition, loe kira mobil”
Sahutku asal, tapi dalam hati bangga. Ternyata pilihan hatiku benar-benar ga salah. She is my Aisyah..
My aisyah, ngimpi kali. Coba liat diriku ini. Cuma teknisi komputer dengan gaji tidak menentu, tergantung pendapatan warnet, turun naik kayak harga sembako di pasaran. Udah tampang dekil, jauh dari tampang ustadz Jefry al buchory yang ganteng itu, apalagi di bandingin sama dari Brad Pitt. Jauh bangettt. Dengan semua alasan yang menyakitkan ini aku sudah minder duluan untuk mendekati dia. Dia begitu ah.. sempurna. Cantik, semampai, solehah, mahasiswa Sastra Inggris di universitas yang kredibel, berlabel PTN. Perguruan Tinggi Negeri yang tau sendiri reputasi otak mahasiswanya di akui sebagai kumpulan orang-orang smart. Jauh banget perbedaanku dengan dia, bagaikan langit dan bumi. Pungguk merindukan bulan. Ibarat berdiri di depan toko barang-barang mewah.
Belum masuk, barang-barang itu sudah mengejekku duluan.
“Mau beli barang branded, ngaca dulu deh”
Fyuh.. capek ati jadinya. Ungu banget. Cinta dalam hati.
Aku bisanya ya Cuma memandangi wajahnya yang halus, teduh itu secara diam-diam. Secret admirer. Aku menyebutnya seperti itu. Yah biar keren dikit impor bahasa dari negerinya Pangeran William.
Sesekali sang princess mampir ke warnetku, bikin tugas kuliah lah, ngetik inilah, nyari bahan paper lah. Dan beruntungnya, aku yang selalu di cari oleh dia. Aku yang selalu di mintai bantuan oleh dia. Bikin hatiku kembang seperti balon yang di tiup. Euforia saking girang plus bangga. Hahaha
“Mas cariin bahan utuk tugas makalahku donk”
Sang princess memamerkan senyumnya yang aduhai..mak aku terpesona. Mulanya aku gelagapan. Tapi langsung berusaha menguasai diri. Aje gile Cuma mendengar suara merdunya, melihat senyum manisnya denyut jantungku sudah berdetak dua kali lebih cepat dari normal.
“Eh iya, boleh” Kataku berusaha kalem. Jaim. Padahal dalam hati, aku berkata Anything for you my princess.
Lalu dengan soknya ahlinya aku menjelaskan ini itu tentang situs-situs yang perlu di kunjungi untuk mencari bahan tugasnya. Aku bicara panjang lebar tentang download, tentang PDF, tentang software antivirus, tentang internet, seolah-olah aku ini pakarnya. Sikapku mendadak berubah jadi Inocent di hadapanya. Gini nich penyakit cinta. Bikin orang jadi gila. Tapi biarlah gila.. karena cinta memang gila.
Suatu hari aku pernah di minta datang ke tempat kosnya. Bagai kesetrum aku menerima undangan itu. What?!! She want me to go to her room. Aku sampai mencubit lenganku untuk memastikan this is real. I’m not dreaming.
Tanpa banyak ini itu aku bergegas ke rumah kos cewek depan warnetku. Ku temukan sekumpulan mahasiswi yang ngekos di situ sedang bercanda di depan rumah. Aku basa-basi menyapa mereka.
“Sudah di tunggu di dalam mas” kata seorang dari mereka
Hah.. sudah di tunggu di dalam katanya. Kira-kira mau ngapain ya dia sampai mengundangku masuk ke kamarnya. Hatiku deg-degan, keringatku panas dingin ga karuan.
“Eh, mas sudah datang”
Begitu melihatku sang princess tersenyum ramah. Jilbab biru, dan gamis motif bunga-bunga yang dia kenakan menjadikan dia begitu cantik sore ini. Oh Aisyah impianku.. Aku seperti meleleh di hadapanya.
“Masuk mas, saya mau minta tolong. Maaf lho.. ngrepotin terus”
Aku Cuma tersenyum, dalam senyumku itu kira-kira artinya seperti ini, seandainya kamu minta Taj Mahal pun akan ku bangunkan untukmu princessku.
Aku bingung karena dia masuk ke kamar dan mengisyaratkan padaku untuk mengikutinya. Gundah gulana, hatiku berteriak-teriak
“Kita bukan muhrim princess, di larang berduaan di dalam kamar”
Pasalnya aku memang laki-laki normal siapa sich yang ga mau berduaan di dalam kamar, tapi masa kecilku juga full dengan wejangan-wejangan ayah dan ibu tentang nilai-nilai agama, bagaimana menjadi lelaki yang baik. Tapi toh suara itu Cuma numpang lewat di hempas angin lalu aku melangkah ke dalam kamar dengan gugup. Sesampainya di dalam, princess sudah menyambutku dengan senyum yang lebar.
“Ini loh mas, Komputerku trobel, tolong di cek in ya..”
Aku melongo..
***
Sudah berhari-hari ini aku tidak enak makan, tidak enak tidur, tidak semangat kerja. Ini lantaran sudah berhari-hari pula aku tidak melihat princess. Biasanya tiap sore dia pulang kuliah aku melihatnya melintas di depan warnet. Ya iyalah orang warnetku di depan kosnya dia hehe.
Hatiku langsung adem setiap melihat wajahnya yang teduh, matanya yang bening, senyum yang dia lempar saat melihatku sekilas ke dalam warnet, duh.. Aku merindukan semua itu.. Kata teman-teman kosnya dia sedang mudik ke kampung halamanya. Liburan semester. Hidup tanpa melihatnya bagaikan makan tanpa minum, seret. Anyep, hambar. Itu yang aku rasakan. Ah cinta memang misterius. Kadang begitu membahagiakan, tapi kadang juga begitu menyakitkan.
“My beautiful princess what are you doing now? Don’t you see I miss u so much”
Seandainya berteriak di dalam warnet seperti itu di halalkan dan tidak mendapat cap ‘Orang Gila’ dari pengunjung warnet dia pasti akan melakukanya. Dadaku penuh sesak oleh cinta. Cinta pada princess. Lebay hehe.. tapi biarlah lebay.., cinta memang bikin orang jadi lebay.
Lalu suatu hari aku bertemu princess di depan kos-kosan. Dia sudah pulang dari mudiknya. Wajahnya terlihat begitu ceria. Bibirnya yang indah itu langsung membentuk senyum ketika dia melihatku. Akupun membalas senyum. Duh.. Gusti aku seperti melayang ke langit ke tujuh saking bahagianya. Aku benar-benar terharu dengan perasaanku. Dalam hati aku berdoa...
“Semoga kamu adalah jodohku nanti princess”
Tapi senyumku yang tadinya mengembang memudar, saat ku lihat seorang pria dengan sepeda motor bebek menghampiri princess. Dan prinsesspun menyambut pria itu dengan senyum yang begitu ramah, matanya yang bening berbinar. Hatiku serasa mendidih. Cemburu.
Tanpa canggung princess lansung duduk di boncengan belakang si pria. Princess dan pria itupun berlalu dari hadpanku dengan sepeda motor bebeknya. Sempat ku lihat senyum kemenangan di bibir pria itu ketika dia tersenyum sekilas padaku seolah senyumnya berkata, sudah tahu barang limited edition yang branded kayak gini kok di biarkan begitu lama. Siapa cepat, dia dapat.
“Itu calon suaminya dia mas” ujar seorang mahasiswi temanya prinsess ketika melihatku masih terheran memandangi kepergian princess dan pria menyebalkan itu.
Aku sempat shock dalam hati. Ini bukan soal patah hati saja. Pasalnya aku akan sangat rela kalau princess mendapatkan calon suami yang layak, setidaknya lebih gantengan dari aku lah. Lha ini sama jeleknya dengan aku, sama dekilnya. Tau gitu tadinya aku lamar duluan. Nasib-nasib..